Malam itu setelah isya, anak anakku Hilyah, Quthnie, Al dan Aina telah rutin untuk ikut Tahfidzul di mushola tempat kami tinggal. Tiba-tiba si bungsu Aina mendekatiku bilang "Bah (Abah), minta uang buat jajan" kemudian kakak - kakaknya pun ikut mendekatiku. Lalu kukeluarkan dompet yang sejak tiga hari memang kosong dan kukatakan pada mereka "Lihatlah isi dompet Abah" (maklum hari ini tanggal 9, karena gajiannya tanggal 10). Setelah melihat isi dompet, Aina berceloteh, "Haa Ndak ada uangnya". Iapun melanjutkan "Ambil di atmlah". Akupun berkata lirih," di ATM pun habis nak". Kakaknya pun terdiam. Tak puas sampai di sana. Si Aina masih lanjut ngomong "Abah sih uangnya habis, kenapa uang Abah gak banyak?"
Mereka lalu kududukkan dipangkuanku. Hilyah duduk di depanku, sedangkan Quthnie memijat pundakku dan berkata " Abah capek ya?" Dan akupun berkata lirih pada mereka "Nak, hidup ini seperti jalan jalan di supermarket. Semua orang boleh memilih dan membawa barang apa saja yang mereka inginkan. Siapa yang membawa sepotong roti, maka ia harus membayar seharga sepotong roti, siapa yang membawa 3 potong roti, iapun harus membayar 3 potong roti. Sementara kita yang tak mungkin membawa apa-apa, karena tak punya uang untuk membelinya. Di pintu kasir pun kita tak akan diperiksa biarpun berjalan begitu saja".
"Begitu Juga Kita di Akhirat, Nak"
"Saat orang orang kaya antri menjalani pemeriksaan untuk dimintai pertanggung jawaban. Saat mereka ditanya tentang darimana hartanya mereka peroleh dan kemana mereka gunakan. Kita dibiarkan terus lewat, berjalan tanpa hambatan dan beban. Lebih enak bukan?! Apakah engkau masih juga belum bisa menerima?"
"Anakku. Jika memang kita ditakdirkan menjadi orang yang kekurangan harta. Bersabarlah Sejenak. Karena setelah kematian, kemiskinan itu akan sirna. Berpikirlah positif. Barangkali jika kita kaya belum tentu bisa lebih bertakwa. Mungkin juga, dengan kekurangan harta kita akan lebih mudah meraih surga-Nya".
"Jangan Pernah Minder. Karena kaya dan miskin bukanlah ukuran mulia dan hinanya manusia. Tetaplah berprasangka baik pada Allah SWT. Singkirkan cemburu, buanglah tanda tanya, tentang kehendak-Nya Pembagi Nikmat. Mungkin jatah kita masih tersimpan di surga. Menunggu kita siap meraihnya".
"Jajan boleh, sesekali saja. Di rumah umi sudah masak. Kalau lapar makanlah lagi, yang suka jajan itu temannya syaitan, apa kalian mau menjadi teman syaitan?"
Alhamdulillah mereka pun tidak protes lagi.
Pesan Bijak :
Harta tidak akan membuatmu mulia atau terhina. Syukuri apa yang kamu miliki dan tetaplah berprasangka baik. Yakinlah Allah selalu memberikan kebaikan dalam hidupmu baik itu dalam bentuk kemiskinan ataupun kekayaan.
#kisahinspiratif #kisahislami #kesabaran #hartadunia #ayahdananak #cinta keluarga.
Sumber m.facebook.com/Storesantrikitabbuku/?ref=content_filter
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kisah Bijakku : Abah, Kenapa Uang Abah Gak Banyak? "
Posting Komentar